Istriku Cemburu

Nama itu sudah lama redup dari pandanganku. Tak pernah sedikitpun dalam sepuluh tahun belakangan ini aku mendengar namanya, apalagi wujud tubuhnya. Tapi semenjak adanya situs jejaring social bernama facebook itu terbersit niatan untuk mencari deretan namanya.

Berawal saat searching teman-teman sekolah di Madiun sebelum aku pindah ke Jogja, mau tak mau namanya kembali teringat. Kuketikkan huruf demi huruf di kibot laptopku. Dengan sedikit keraguan kupencet tombol enter itu. Klik…….

Lanjut gak?

Namanya muncul di layar laptopku. Ada lima nama yang sama dengan namanya. Meskipun lama tak bersua tapi aku tahu pasti raut wajah sayu itu. Add as friend, kuklik kata itu di account facebookku.

Kaget bukan main diriku, ternyata hanya dalam hitungan detik permintaan menjadi teman langsung diapproval olehnya. Rupanya dia sedang online juga. Alih-alih mencari teman lama, aktifitasku beralih menjelajahi profil akunnya.

Kulihat kumpulan fotonya. Wajahnya tak berubah, tetap imut dan manis seperti terakhir perjumpaan kami sebelum aku pindah ke Jogja. Selanjutnya, perhatian kualihkan ke statusnya. Rupanya dia sudah menikah dan punya anak laki-laki.

Aku mundur? Kenapa? Toh aku juga sudah mempunyai istri dan seorang anak. Bagiku berteman tidaklah memiliki batas apapun selama tidak menjalin hubungan lebih dari itu. Lagipula, dia merupakan teman lamaku sebelum aku mengenal istriku yang sekarang.

Ternyata dia saat ini tinggal di Jakarta. Info itu kudapatkan darinya sendiri saat aku meng-add ID yahoo messengernya. Obrolan demi obrolan kami habiskan hingga waktu kerjaku usai.

Hari ke hari kami semakin akrab kembali meskipun hanya melalui YM. Bahkan terkadang perhatianku kepadanya melebihi kepada istriku sendiri. So what? Toh perhatianku hanya berbentuk tulisan yang sedikitpun tak menyiratkan makna apapun.

Petaka itu mulai datang tatkala istriku mengetahui aku sering berbalas komentar facebook dengannya. Ada rasa curiga dari balasan komentar istriku terhadap statusku. Dia bahkan sering melontarkan kata-kata yang cukup membuat telingaku panas. Rupanya dia cemburu dengan temanku itu.

“Matih!” umpatku.

Aku paham istriku merasa cemburu. Selama ini aku dianggapnya sebagai seorang suami yang setia dan sayang keluarga. Dan memang demikian adanya. Bagiku keluarga melebihi apapun di dunia ini.

Dewi, istriku, menyesal menganggapku sebagai seorang lelaki yang paling bertanggungjawab. Dia tidak terima dengan apa yang telah kulakukan beberapa minggu ini bersama temanku di dunia maya.

Tapi…. mengapa dia harus merasa cemburu setelah 5 tahun pernikahan kami?

Apa sih yang membuatnya cemburu kepada DEDI NURCAHYO?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *