Surprise Dari Allah

ku tak menyangka takdirku akan seperti ini. Memang selama ini aku selalu berdoa mendapatkan yang terbaik dari Allah. Tapi kali ini Allah seperti bercanda denganku. Maunya sih gak percaya, tapi kan gak enak sama Beliau yang udah ngasih amanah ini buatku.

Wanita itu memang sudah cukup lama kukenal. Tapi dulu dia kuanggap angin lalu saja karena memang aku tidak berkepentingan apapun dengannya kecuali urusan pekerjaan, itupun tidak secara langsung dengannya.

Seiring dengan kesibukanku sebagai manajer di sebuah perusahaan BUMN yang mengharuskanku selalu berkeliling Indonesia membuat bayangan mengenai dirinya menghilang. Apalagi, kemudian dia berpindah kerja sehingga tidak ada lagi kontak dengannya sama sekali.

Namun, sebulan yang lalu, rencana Allah untukku ditepati-Nya. Beliau mempertemukanku dengannya di kantor. Kebetulan, atau memang sudah digariskan, wanita itu ada tugas mengunjungi kantorku untuk menemui diriku. Kami pun langsung berkenalan.

“Dian, Dian Eka Anggraeni.” Begitu dia mengenalkan namanya.

“Muhammad Ilham, dipanggilnya Ilham,” aku juga mengenalkan jatidiriku.

Setelah urusan pekerjaan yang menjemukan selesai, obrolan kami lanjutkan di kafetaria samping kantor. Meski baru berkenalan, tapi aku sama sekali tidak canggung dan obrolan kami bias nyambung. Dian orang yang smart dan pandai berbicara. Itulah yang menyebabkan diriku betah berlama-lama ngobrol dengannya.

Obrolan hari itu selesai dengan aku mengantarkan Dian hingga ke depan jalan raya untuk mencari taksi yang membawanya pulang ke rumahnya.

Seminggu lamanya kami tidak bertemu. Ada perasaan gelisah yang mendera hatiku setiap malam. Jelas aku merindukannya. Pertemuan dan obrolan seru di kafetaria kala itu sungguh tidak bisa terlupakan menit per menitnya. Senyumnya, rambutnya, sampai gaya bicaranya pun terekam di rongga otakku.

Segera kuambil ponsel di rak meja kamarku. Kupencet huruf D untuk mencari nama Dian di daftar phonebook. Kuputuskan untuk segera menelpon dan menemuinya.

“Hah? Kamu gak bercanda kan mas? Kita kan baru kenal seminggu yang lalu,” itulah kalimat yang keluar dari mulut mungil Dian saat kukemukakan niatanku.

“Ya, aku saat ini sedang tidak bercanda. Aku serius ingin menjadikanmu pendamping hidupku. Kedua orangtuaku akan melamarmu dua hari lagi.” Kataku lebih mantap.

Sebenarnya, sudah kuceritakan perihal gejolak batinku ini ke orangtuaku. Mereka langsung menyuruhku untuk segera melamar Dian. Bagi mereka, inilah saat yang tepat bagiku untuk segera melepas masa lajangku.

Apalagi, bagi ayahku yang merupakan pemuka agama di daerahku, menikah langsung merupakan solusi tepat daripada harus pacaran yang dapat menimbulkan fitnah di sana-sini nantinya.

Ya, di usiaku yang sudah berkepala tiga memang dianggap bukan muda lagi. Karena kesibukanku, aku tidak memiliki waktu untuk berkenalan ataupun menjalin kasih dengan lawan jenis.

“Bagaimana?” tanyaku mengkoyak kesepian yang sempat menjalar diantara kami.

“Aku bersedia mas.”

Hening kembali menyelimuti suasana di luar sana………..

**

Satu hal yang bisa kita petik dari hal ini adalah bahwa Allah selalu merencanakan yang terbaik buat hamba-Nya. Semua surprise dari-Nya merupakan kado yang tak terhingga. Baik ataupun buruk adalah suratan takdir yang harus kita jalani.

Berbagai proposal doa yang selalu dipanjatkan tiap malam memang belum tentu langsung disetujui oleh Allah. Namun, saat Beliau menandatangani proposal itu dan memberi cap itulah saat yang tepat bagi kita untuk melaksanakan amanah dari Beliau.

Jalan hidup memang terkadang susah dan adakalanya sangatlah mudah bagi sebagian orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *